Jumat, 16 Oktober 1998

Lupin sebagai Alternatif Kedelai
 

Jakarta, Kompas

Lupin (Lupinus angustifolius) dipromosikan sebagai bahan alternatif atau pengganti kedelai. Tanaman kacang-kacangan asal daerah subtropis itu bentuk, ukuran, warna, dan rasa bijinya, mirip kedelai. Karena itu, lupin dianggap cocok untuk bahan campuran pembuatan tempe, tahu, miso (makanan tradisional Jepang), serta dibuat tepung untuk campuran roti, kue, dan pasta/mie.

 Menurut David Petterson dari Agriculture Western Australia dalam seminar tentang lupin yang diselenggarakan Jarinda Dekopin (Jaringan Informasi dan Data - Koperasi Usaha Kecil dan Menengah), Rabu (14/10), nilai gizi lupin tak jauh beda dengan kedelai. Kandungan protein lupin 32 persen, sedang lemaknya 5,9 persen. Kandungan faktor antinutrisi lupin rendah, terutama protease inhibitor dan lektinnya.

Lupin digunakan sebagai bahan pangan sejak 3.000 tahun lalu di Eropa dan 6.000 tahun lalu di Amerika Selatan. Lupin manis Australia dibudidayakan sejak tahun 1950-an di Australia Barat.

Di Indonesia, menurut buku "Tumbuhan Berguna Indonesia" karangan K Heyne terjemahan Balitbang Kehutanan (1987), lupin digunakan sebagai pupuk hijau di daerah pegunungan. Tanaman dengan akar rimpang dalam tanah dan batang tegak setinggi 20-40 cm itu, menghasilkan nitrogen yang dibutuhkan untuk menyuburkan tanah.

 Menurut Petterson, pembuatan tempe dari lupin telah dicoba sejak tahun 1992 di Yogyakarta, kemudian dikembangkan hingga tahun 1997 melibatkan Universitas Gadjah Mada. Rasa tempe lupin cukup bisa diterima. Namun, teksturnya lebih keras/kenyal. Tempe lupin juga lebih cepat busuk. Untuk mendapatkan tekstur mirip tempe kedelai digunakan campuran lupin dan kedelai dengan perbandingan sama. (atk)