Krisis dan Erosi Sumber Keanekaragaman Hayati
(Efendi, Bulletin PPI, Persatuan Pelajar Indonesia, Komisariat Miyagi, Sendai, Jepang, No.5 Februari 1998)
Dalam sistem saling-ketergantungan (interdependent
system) yang kita sebut "bumi", setiap makhluk hidup berinteraksi dan
tergantung kepada atmosfir, lautan, air bersih, batu dan tanah. Konservasi
keanekargaman hayati (conservation of biodiversity) bukan hanya
persoalan perlindungan terhadap sumber-sumber daya hayati dalam taman-taman
nasional (nature reserves). Namun juga mencakup perjuangan
yang terus menerus untuk melindungi sistem yang alamiah pada: siklus air,
oksigen, dan karbondioksida; pemeliharaan kesuburan tanah; produksi sumber
makanan dan obat-obatan; serta memelihara sumber daya genetik. Dalam sistem
bumi, seluruh makhluk hidup saling pengaruh-mempengaruhi serta saling ketergantungan
terhadap komponen-komponen hayati mapun bukan hayati, dimana kita juga
merupakan suatu bagian yang utuh dari sistem tersebut. Keanekaragaman hayati
merupakan keanekaragaman dalam seluruh dunia makhluk hidup, yang mencakup
gen, spesies, dan ekosistem.
Konsumsi yang berlebihan, pencemaran lingkungan,
penebangan dan kebakaran hutan, cepatnya laju pertumbuhan penduduk, pola
pemilikan tanah yang tidak adil, pola perkampungan dan perpindahan penduduk
yang tidak merata, dan melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dengan
yang miskin semakin mengancam kehidupan bumi. Kecendrungan tersebut tidak
dapat diatasi, kecuali sampai seluruh masyarakat dunia mengelola sumber-sumber
kekayaan alam dunia sebagai sistem penyokong kehidupan (life-support
system) untuk generasi sekarang maupun generasi mendatang sebagai suatu
sistem keadilan antar generasi (intergeneration equity).
Spesies kita, manusia memasuki abad idustri dengan
populasi satu milyar, dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat tinggi.
Sumberdaya biologi merupakan bagian dari keragaman yang sangat potensial
yang tersedia dengan bebas untuk mendukung pembangunan. Walaupun pada akhir
abad ke-20, kita menyatakan bahwa sumberdaya hayati terbatas, namun sinisnya
kita telah melampaui batas tersebut yang mengakibatkan berkurangnya sumberdaya
hayati dan mengancam kesejahteraan manuasia. Padahal setiap tahun penduduk
dunia makin bertambah dan iklimpun berubah secara lebih cepat. Ternyata
aktifitas-aktifitas manusia secara progresif mengikis kemampuan bumi. Semetara
pertumbuhan penduduk yang pesat dan peningkatan konsumsi yang tinggi menuntut
penyediaan sumberdaya bumi yang lebih besar. Pada skala global, hal tersebut
akan mengakibatkan dampak negatif terhadap produktifitas bumi untuk penyediaan
sumberdaya alam dimasa mendatang. Sehingga, usaha-usaha konservasi keanekaragaman
hayati sama sekali tidak dapat dipisahkan dari pembangunan sosial
ekonomi.
Akibat peningkatan perubahan-perubahan lingkungan
dewasa ini, maka pemeliharaan sumber keanekaragaman hayati menjadi sangat
mendesak. Kita sadari bahwa keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem
menyediakan bahan baku yang mendukung manusia tahan terhadap perubahan-perubahan,
disamping itu juga akan mencegah kehilangan alternatif untuk merubah kondisi
menjadi lebih baik. Daerah tropika memiliki bagian tersebesar proporsi
keanekaragaman hayati dunia. Negara-negara industri juga tergantung kepada
sumberdaya alam tropis, baik sebagai bahan baku industri, bahan pemuliaan,
obat-obatan, daerah turis, maupun berbagai keuntungan-keuntungan yang nyata
maupun yang tidak nyata. Namun dewasa ini ekploitasi (over-exploitation)
daerah-daerah tropik oleh masyarakat industri telah menghasilkan keuntungan
besar tanpa investasi yang sepadan untuk konservasi maupun untuk membayar
dampak yang ditimbulkannya terhadap lingkungan. Penipisan dan penghancuran
sumber daya alam (resources deplition and destruction) makin meningkat
akibat:
1. murahnya tenaga kerja;
2. harga bahan baku yang tidak mencerminkan nilai yang sesungguhnya
(true value),
3. arah pembangunan yang tidak tepat; dan
4. pengontrolan harga dan tarif komoditas yang tidak seimbang.
Situasi demikian secara terus menerus memburuk
dan menyebabkan krisis sumber daya alam bumi. Dengan demikian pihak-pihak
pemerintah, badan-badan pembangunan (development agencies), dan
masyarakat umum harus terus meningkatkan kesadaran dan perhatiannya untuk
mencegah penipisan dan penghancuran keanekaragaman hayati serta memeliharanya
untuk generasi mendatang melalui berbagai usaha konservasi.
Konservasi Keanekaragaman Hayati
Konservasi keanekaragaman hayati merupakan usaha yang sangat komplek
yang memerlukan kesungguhan dari setiap pihak untuk melaksanakannya. Oleh
karena itu, konservasi keanekaragaman hayati mencakup:
1. Bagaimana cara memobilisasi pengetahuan ilmiah, sehingga keanekaragaman
hayati dapat dikonservasi dengan jalan terbaik. 2. Bagaimana dapat mengelola
proses perubahan, sehingga keanekaragam hayati dapat memberikan sumbangan
terbaik untuk pembangunan yang adil dan berkesinambungan
3. Masalah mana yang perlu didahulukan pemecahannya.
4. Bagaimana dapat mengkoordinasi inisiatif-inisiatif dalam konservasi
keakeragaman hayati secara efektif.
5. Dari mana sumber biaya dapat diperoleh.
Keanekargaman hayati adalah total keseluruhan
gen, spesies dan ekosistem dalam suatu daerah. Kekayaan kehidupan
bumi yang ada sekarang ini merupakan hasil proses evolusi berjuta-juta
tahun. Maka sinis sekali kalau manusia menghancurkannya dalam beberapa
tahun saja. Melewati masa evolusi, kebudayaan manusia telah berkembang
dan telah menyesuaikan diri dengan lingkungan setempat dengan menemukan,
menggunakan dan merubah keanekaragaman hayati di sekitarnya. Banyak areal-areal
yang sekarang nampak alamiah (natural) sebenarnya merupakan hasil
dari ribuan tahun kebudayaan manuasia, budidaya tanaman serta pemungutan
hasil alam. Pemeliharaan dan pemuliaan varietas lokal juga lebih jauh telah
membentuk keanekaragaman hayati. Pada dasarnya keanekaragaman hayati
dapat dikelompokkan kedalam tiga katagori:
1. Keanekargaman gen (genetic diversity)
2. Keanekaragaman spesies (spesies diversity)
3. Keanekaragaman ekosistem (ecosystem diversity)
Keanekaragaman gen menunjukkan kepada variasi
gen dalam suatu spesies, yaitu perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam
suatu spesies yang sama, misalnya keragaman gen yang terdapat pada ratusan
varietas tradisional padi India. Keanekaragaman spesies menunjukkan kepada
keragaman spesies dalam suatu daerah. Keragaman seperti ini dapat diukur
dengan banyak cara, seperti jumlah spesies pada suatu daerah. Keanekaragaman
ekosistem meliputi total keseluruhan keanekaragaman spesies maupun keanekaragaman
gen yang terdapat pada daerah yang tergabung dalam suatu ekosistem tertentu.
Pengelolaan keanekaragaman hayati tidak cukup hanya mempertimbangkan
keanekaragaman gen, spesies maupun ekosistem, namun untuk membuat suatu
manajemen khusus dan kebijaksanaan tertentu, maka bentuk dan fungsinya
pada keanekaragaman kebudayaan suatu masyarakat sangat penting untuk dilibatkan.
Kenaekaragaman kebudayaan dicerminkan oleh bahasa, agama, kepercayaan,
seni, musik, praktek pengelolaan tanah, seleksi tanaman, diet, struktur
sosial dan beberapa attribut sosial masyarakat.
Kekayaan Sumber Daya Hayati Bumi
Sangat mengejutkan bahwa para ahli lebih memahami berapa jumlah
bintang-bintang yang ada dalam sistem galaksi daripada jumlah spesies yang
menghuni bumi. Suatu perkiraan global, keanekaragaman spesies bervarisasi
dari 2 juta sampai 100 juta spesies. Perkiraan yang paling tepat, spesies
bumi dapat mencapai sekitar 10 juta, namun hanya 1.4 juta yang telah diberi
nama atau dideskripsikan.
Sejak tahun 1980, para ahli telah menemukan
secara besar-besaran keanekaragaman serangga di daerah hutan tropis. Di
Panama, suatu studi hanya pada 19 pohon ditemukan 80% spesies beetle
baru dari 1200 spesies, yang sebelumnya belum pernah diketahui para ahli.
Paling kurang 6 sampai 9 juta spesies arthropoda menghuni daerah
tropis. Satu meter persegi daerah hutan temperate dapat mengandung
200.000 mite dan10.000 inveterbrata. Dalam ukuran plot yang
sama pada padang rumput tropis dapat mengandung 32 juta nematoda,
dan satu gram tanah yang sama dapat mengandung 90 juta bakteri dan mikroorganisme
lainnya. Para ahli yakin bahwa di dasar laut-dalam mengandung berjuta-juta
spesies yang belum dikenal. Dalam 20 tahun terakhir, didaerah vent (daerah
air panas dasar laut) telah ditemukan 20 famili atau subfamili, 50
genera, dan 100 spesies baru.
Keanekaragaman spesies menunjukkan kepada
keragaman makhluk hidup yang menghuni bumi. Para ahli biologi mengklasifikasikan
kehidupan bumi kedalam suatu hirarki yang telah diterima secara luas, yang
mencerminkan hubungan evolusi antara organisme. Katagori utama atau taxa
dari makhluk hidup adalah: spesies, genus, family, order, class, phylum,
kingdom. Suatu daftar informal dari spesies yang telah
dikenal disajikan sebagai berikut: Insecta: 751.000; Plantae:
248,428; Non-insect arthopoda: 123.15; Molusca: 50.000; Fungi:
46.983; Protozoa: 30.800; Algae: 26.900; Pisces: 19.056;
Platyhelminthes:
12.200; Nematoda: 12.000; Annelida: 12.000; Aves:
9.040; Coelenterata: 9.000; Reptilia: 6.300; Echinodermata:
6.100; Porifera: 5.000; Monera: 4.760; Amphibia: 4.184;
Mammalia: 4.000 (Museum of Paleontology of the University of
California).
Erosi Genetik Akibat Pertanian Modern
Food and Agriculture Organization (FAO)
memperingatkan dunia sekarang sedang menghadapi kehilangan sumber daya
genetika tumbuhan besar-besaran dan terjadi erosi keanekaan hayati secara
cepat. Akibat semua itu akan mengancam keamanan pertanian dan pangan. Disebutkan
bahwa tersebarnya pertanian modern dan komersial, introduksi tanaman pangan
jenis baru menjadi penyebab utama hilangnya keanekaan genetik. Di Cina,
jumlah varitas gandum yang ditanam menurun drastis menjadi hanya sekitar
1.000 varietas (hilang 90%) pada tahun 1970-an dibandingkan tahun 1949
yang mencapai hampir 10.000 varietas. Di Amerika Serikat, 95 persen berbagai
varietas kubis, 91 persen varietas jagung, 94 persen varietas kacang polong,
dan 81 persen varietas tomat menghilang. Keanekaan kehidupan di bumi sangat
perlu untuk keberlanjutan kehidupan manusia. Konservasi dan pemanfaatan
sumber daya genetika tanaman sesuatu yang vital untuk meningkatkan produktivitas
dan keberlanjutan pertanian.
Degradasi dan kerusakan hutan lebat maupun
hanya semak-semak, penggembalaan ternak yang berlebihan (overgrazing),
eksploitasi, peperangan, juga disinggung sebagai faktor lain terjadinya
erosi genetik di banyak kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Banyak
tanaman pangan yang menjadi sumber makanan utama seperti sorgum, jenis
padi-padian, dan kentang bagi jutaan umat manusia yang miskin, tidak mendapatkan
cukup perhatian atau investasi pada penelitian untuk konservasi dan pengembangannya.
Bahaya Tumbuhan Transgenik
Penelitian di lapangan menunjukkan gen yang
dimasukkan dalam tanaman budidaya melalui teknik rekayasa DNA bisa dengan
mudah berpindah pada jenisnya yang dekat. Penelitian di Denmark menunjukkan
gen tanaman budidaya hasil rekayasa bukan saja bisa pindah pada tumbuhan
liar sejenis tetapi juga berpindah dengan cepat sekali. Ada bukti bahwa
gen yang dimasukkan dalam tanaman budidaya sudah tersebar pada jenis liarnya.
Gen tahan herbisida glufosinate telah diintroduksi kedalam lobak.
Lobak rekayasa itu ditanam bersebelahan dengan Brassica campestris,
gulma masih berhubungan dekat. Benih hasil persilangan turunan keduanya
ternyata tahan terhadap herbisida itu.
Para pencinta lingkungan mendesak agar ditetapkan
moratorium
(penghentian) bahan makanan yang berasal dari hasil usaha rekayasa genetika
sampai semua negara menandatangani Protokol Keamanan Hayati. Ada ketidaktentuan
dampak penggunaan atau mengkonsumsi organisme hasil rekayasa genetika untuk
jangka panjang pada kesehatan dan lingkungan. Diperkirakan kurang lebih
2% panenan kedelai AS dan 4% panenan kedelai Argentina adalah kedelai Mosanto
hasil rekayasa genetika. Indonesia termasuk negara yang banyak mengimpor
kedelai dari Amerika Serikat. Tetapi tidak diketahui apakah kedelai yang
diimpor ke Indonesia juga termasuk kedelai dari hasil rekayasa genetika,
karena kedelai impor itu tidak diberi label. Ketika organisme ini dilepaskan
ke alam, organisme itu akan memperbanyak diri, dan Anda tidak bisa menyingkirkannya.
Dan jika ada persoalan kesehatan akan sulit melacak asalnya karena demikian
banyaknya gen yang berubah.
References:
[Home] [Global] [Biodiversiti] [Plasma Nutfah] [Pelestariaan Alam] [Rekayasa Genetik] [Manuals] [Clipping] [Photo] [Links] |